Jika Drama Bisa Membuatmu Menangis, Bukankah Allah Lebih Pantas?
Menangis karena drama hanyalah emosi sesaat, tapi menangis di hadapan Allah adalah doa tanpa kata dan cahaya bagi hati.
Pernahkah kita larut dalam sebuah drama?
Alurnya sederhana, tapi setiap adegan terasa begitu hidup. Hati kita terhanyut, emosi tertarik, hingga akhirnya mata basah oleh air mata. Padahal kita tahu, kisah itu hanyalah rekaan manusia. Tidak nyata.
Menangis karena film biasanya muncul karena kita “terhanyut” dalam cerita, merasakan emosi tokoh, lalu membayangkan kalau kita yang ada di posisi itu. Padahal itu hanya fiksi. Kalau kita bisa menangis untuk kisah buatan manusia, seharusnya kita juga bisa lebih mudah menangis di hadapan Allah, karena realitas hubungan kita dengan-Nya jauh lebih besar dan nyata.
Lalu pertanyaannya:
Jika sebuah drama buatan manusia bisa membuat kita menangis, mengapa kisah hidup nyata bersama Allah justru sering tak mampu mengetuk hati kita?
Drama Fiksi vs Drama Kehidupan Nyata
Film dan drama mampu membuat kita merasa iba, tersentuh, bahkan takut kehilangan. Kita merasa seolah-olah ikut berperan di dalamnya.
Padahal kehidupan yang kita jalani saat ini jauh lebih dramatis dibandingkan semua kisah buatan manusia. Ada lika-liku dosa dan taubat, ada nikmat yang sering kita abaikan, ada ampunan Allah yang tak pernah berhenti mengalir.
Setiap kita sebenarnya sedang memerankan drama terbesar—drama kehidupan—yang kelak berakhir di hadapan Allah.
Bagaimana Agar Kita Bisa Menangis di Hadapan Allah?
1. Bangun suasana hati (tadabbur)
Seperti film punya alur, kisah dalam Al-Qur’an juga punya jalan cerita yang jauh lebih menyentuh. Baca atau dengar ayat tentang azab, rahmat, surga, neraka, lalu bayangkan dirimu ada di dalam kisah itu. Misalnya ketika membaca ayat tentang azab, bayangkan seolah itu sedang menimpa dirimu.
2. Hidupkan imajinasi hati
Saat nonton film, kita membayangkan seolah itu nyata. Coba lakukan hal yang sama ketika berdoa atau shalat: bayangkan dosamu yang sedang ditimbang, bayangkan kebaikanmu yang sedikit, bayangkan keluargamu di akhirat kelak. Itu akan menghidupkan rasa takut dan harap.
3. Sentuh memori pribadi
Film sering mengingatkan kita pada pengalaman hidup sehingga membuat kita menangis. Maka saat berdoa, ingat lagi dosa-dosa pribadi, kesalahan, momen ketika Allah menyelamatkanmu, atau nikmat besar yang sudah diberi.
4. Gunakan suasana sepi
Menangis saat menonton film mudah karena suasana mendukung (musik, adegan, cahaya). Untuk ibadah, ciptakan juga suasana mendukung: doa di sepertiga malam, lampu redup, suasana sunyi. Itu akan lebih mengundang tangisan.
5. Latih kepekaan hati
Awalnya mungkin tangisan sulit keluar, tapi terus latih dengan doa panjang, tadabbur ayat, dzikir, hingga akhirnya hati menjadi lembut.
Kata para ulama: “Tangisan karena takut kepada Allah adalah tanda hati yang hidup.”
Bait Renungan
Kita mudah menangis karena cerita fiksi,
tapi sulit menangis untuk kisah hidup sendiri.Padahal setiap nafas adalah adegan,
setiap dosa adalah naskah,
dan Allah adalah sutradara yang menulis akhir kisah.Tidakkah pantas kita menangis,
sebelum layar kehidupan ini benar-benar ditutup?
Penutup
Menangis karena drama hanyalah pelepasan emosi sesaat. Tapi menangis di hadapan Allah adalah tanda hidupnya hati. Itu adalah doa tanpa kata, harapan tanpa suara, dan cinta yang paling tulus.
Maka, lain kali ketika kita merasa larut dalam sebuah drama, ingatlah: ada kisah yang jauh lebih menyentuh—kisah kita sendiri di hadapan Allah.
Dan air mata itulah yang kelak menjadi saksi di akhirat.
Posting Komentar untuk "Jika Drama Bisa Membuatmu Menangis, Bukankah Allah Lebih Pantas?"
Posting Komentar