Tipu Daya Iblis Menurut Islam dan Kristen: Musuh Nyata bagi Manusia
Iblis bukan sekadar tokoh mitos, melainkan musuh nyata yang diakui dalam ajaran Islam maupun Kristen. Kedua agama ini sepakat bahwa iblis berusaha menyesatkan manusia, meski detail ceritanya berbeda.
Pandangan Islam
Dalam Islam, iblis adalah makhluk dari golongan jin yang menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Penolakannya lahir dari kesombongan: merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Akibatnya, iblis terusir dari rahmat Allah.
Sejak itu, iblis bersumpah:
“Aku akan mendatangi mereka dari depan, belakang, kanan, dan kiri mereka; dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A‘raf: 17)
Artinya, iblis berjanji akan menggoda manusia dengan segala cara. Ia menanamkan rasa malas beribadah, menghias keburukan agar terlihat indah, membuat manusia sombong, hingga menumbuhkan perpecahan. Namun, iblis tidak punya kuasa memaksa. Ia hanya menggoda, sedangkan keputusan tetap ada pada manusia.
Pandangan Kristen
Dalam tradisi Kristen, iblis dikenal sebagai “Satan” atau “setan”, dan sering dipahami sebagai malaikat yang jatuh karena memberontak. Alkitab menyebutnya sebagai “bapa segala dusta” (Yohanes 8:44) dan menggambarkannya seperti singa yang mengaum mencari mangsa (1 Petrus 5:8).
Sejak kisah Taman Eden, iblis menggoda Hawa untuk melanggar perintah Tuhan. Sejak itu, ia terus bekerja menipu manusia agar jauh dari kasih Allah. Caranya mirip: lewat kebohongan, kesombongan, syahwat, hingga memelintir firman agar tampak membenarkan perbuatan salah.
Dasar Teologis (Titik Temu & Perbedaan)
-
Titik temu: iblis nyata, menipu, memusuhi manusia; manusia diminta waspada dan berpegang pada petunjuk Ilahi.
-
Islam: iblis membangkang perintah Allah dan bersumpah menyesatkan kecuali hamba yang ikhlas (mis. QS Al-A’raf 16–17; Fathir 6).
-
Kristen: iblis digambarkan sebagai “pendusta” yang mencari siapa yang bisa ditelan (mis. 1 Petrus 5:8; Yoh 8:44), penggoda sejak Eden (Kejadian 3).
Siapa Iblis Menurut Islam
-
Hakikat: makhluk dari golongan jin yang membangkang, diberi penangguhan hingga kiamat.
-
Modus: membisikkan (waswas), menghias keburukan tampak baik, menanam malas ibadah, menumbuhkan putus asa, memicu sombong/ujub, dan memecah-belah.
-
Batas kuasa: tidak memaksa; hanya menggoda. Pilihan tetap pada manusia.
Siapa Iblis Menurut Kristen
-
Hakikat: musuh, pendusta, penggoda; sering dipahami sebagai malaikat yang jatuh.
-
Modus: menipu pikiran, mencobai, memelintir firman, menumbuhkan dosa lama (keserakahan, hawa nafsu, iri), serta menuduh untuk menjauhkan dari pertobatan.
-
Batas kuasa: kuasanya dibatasi; orang percaya dipanggil melawan dengan doa, firman, dan “perlengkapan senjata Allah” (Efesus 6).
Bentuk Tipu Daya yang Sama-sama Diwaspadai
-
Mengganti nama dosa: riba jadi “bunga ringan”, zina jadi “cinta modern”.
-
Normalisasi maksiat lewat budaya pop, humor, atau tren.
-
Malas beribadah & belajar agama; menunda, membanding, meremehkan.
-
Putus asa dari rahmat Tuhan atau sebaliknya merasa pasti selamat tanpa taat.
-
Sombong rohani: merasa lebih suci, mudah menghakimi.
-
Perpecahan & kebencian antarkelompok/antaragama.
-
Distraksi digital: doom-scrolling, konten syahwat, hoaks.
-
Materialisme: mengejar harta/jabatan sebagai pusat hidup.
-
Religiusitas simbolik: identitas ada, ketaatan kosong.
-
Tafsir liar: mencomot teks untuk membenarkan hawa nafsu.
Dampak Tipu Daya Iblis (Nyata di Hidup Sehari-hari)
1) Pribadi
-
Kebingungan moral, kecemasan, hilang arah; hati keras terhadap kebenaran.
-
Kecanduan (pornografi, judi, konsumsi impulsif), menurunnya kualitas ibadah.
2) Keluarga
-
Komunikasi retak, mudah marah, egoisme; menipisnya kasih dan saling percaya.
-
Pola asuh inkonsisten: anak bingung antara nilai agama dan kehidupan nyata.
3) Sosial
-
Polarisasi & ujaran kebencian, saling curiga; konflik karena fanatisme buta.
-
Normalisasi ketidakjujuran di kerja/bisnis; korupsi dianggap “pintar”.
4) Ruang Digital
-
Arsitektur godaan 24/7: notifikasi, FOMO, umpan konten syahwat/hoaks.
-
Ekstremisme & kultus individu tumbuh dari mis/disinformasi terstruktur.
5) Spiritual
-
Kering rohani, ibadah tanpa penghayatan; putus asa atau ujub.
-
Terasing dari komunitas iman, sehingga makin mudah diseret godaan.
Cara Melawan Tipu Daya (Menurut Islam)
-
Tauhid & taubat berkelanjutan: perbarui niat, akui kelemahan, kembali pada Allah.
-
Shalat tepat waktu sebagai benteng dari keji-mungkar; tambah dzikir pagi-petang.
-
Isti‘adzah: membaca a‘ūdzu billāh minaš-šaiṭānir-rajīm saat tergoda.
-
Tilawah & tadabbur Qur’an, khususnya ayat perlindungan (Al-Falaq, An-Naas).
-
Puasa sunnah & sedekah: menundukkan hawa nafsu dan membersihkan harta.
-
Lingkungan saleh: majelis ilmu, sahabat yang saling menasihati.
-
Jaga pintu digital: kurasi timeline, filter konten, batasi notifikasi.
-
Ruqyah syar‘iyyah (doa-doa ma’tsur) saat gelisah/waswas berlebih.
Cara Melawan Tipu Daya (Menurut Kristen)
-
Berjaga & berdoa (1 Ptr 5:8); hidup dalam pertobatan harian.
-
Firman Tuhan setiap hari: membaca, merenungkan, dan menaati.
-
“Perlengkapan senjata Allah” (Efesus 6): kebenaran, keadilan, iman, firman.
-
Persekutuan: gereja/komunitas untuk saling meneguhkan dan menasihati.
-
Ibadah, pujian, puasa: menajamkan kepekaan rohani dan menundukkan diri.
-
Pelayanan & kasih: mengalihkan diri dari ego menuju teladan Kristus.
-
Higiene digital: accountability partner, filter konten, jam sunyi dari gawai.
AQ (Singkat & Praktis)
1) Apakah iblis bisa memaksa manusia?
Tidak. Ia menggoda dan menipu. Keputusan tetap pada manusia.
2) Mengapa orang baik pun bisa jatuh?
Karena lalai/jauh dari doa dan komunitas iman; iblis memanfaatkan celah.
3) Apa tanda kita sedang ditipu?
Mencari pembenaran dosa, malas ibadah, mudah marah, benci nasihat.
4) Bagaimana memutus siklus godaan digital?
Puasa gawai berkala, kurasi konten, jam hening, dan pendamping akuntabilitas.
5) Apakah toleransi sosial melemahkan iman?
Tidak. Menghormati sesama berbeda iman justru perintah, sambil teguh pada keyakinan.
Kesimpulan
Baik dalam Islam maupun Kristen, iblis bukan sekadar simbol, tetapi musuh nyata. Ia bekerja dengan tipu daya: membungkus dosa agar tampak indah, menanamkan rasa malas, memecah belah, dan membuat manusia jauh dari Tuhan. Dampaknya nyata: kerusakan pribadi, keluarga, masyarakat, hingga spiritual.
Karena itu, setiap manusia diajak untuk waspada. Islam menekankan tauhid dan ibadah, Kristen menekankan doa dan hidup dalam Kristus. Namun keduanya sama-sama mengingatkan: iblis hanyalah penggoda. Pilihan tetap ada di tangan manusia — apakah mengikuti tipu dayanya, atau melawannya dengan iman.